Pemeriksaan Kepala

·    Pemeriksaan Wajah Pemeriksaan wajah menilai apakah wajah asimetris atau tidak. wajah asimetris dapat disebabkan oleh adanya paralsisis fasialis, serta dapat menilai adanya pembengkakan daerah wajah. ·    Pemeriksaan mata dan penglihatan Pemeriksaan mata menilai adanya visus atau ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan dengan pemberian rangsangan cahaya ( khusus pada umur neonatus ). Pemeriksaan mata yang lain adalah menilai apakah palpebra simetris atau tidak. Kelainan yang muncul antara lain ptosis, yaitu palpebra tidak dapat terbuka ; lagoftalmos, yaitu klopak mata tidak dapat menutup sempurna sehingga sebagian kornea tidak di lindungi oleh kelopak mata ; pseudo logoftamos di tandai dengan kedua belah mata tidak tertupup sempurna ; dan hordeolum yang merupakan infeksi lokal pada palpebra. Pemeriksaan kelenjar lakrimalis dan duktus nasolakrimalis juga dapat diketahui dengan jumlah produksi air mata. Produksi air mata yang berlebihan disebut epifora. Selain itu, pemeriksaan konjungtiva menilai ada atau tidaknya pendarahan subkonjungtifa yang dapat di tandai dengan adanya hiperemia dan edema konjungtiva palpebra. Pemeriksaan sklera bertujuan untuk menilai warna, yang dalam keadaan normal berwarna putih. Apabila di temukan warna lain, kemungkinan ada indikasi penyakit lain. Pemeriksaan juga menilai kejernihan kornea. Apabila ada radang, kornea akan tampak keruh. Selanjutnya adalah pemeriksaan pupil. Secara normal, pupil berbentuk bulat, simetris, atau apabila diberikan sinar dengan reflek cahaya langsung akan mengecil. Midriasis atau dilatasi pupil menunjukkan adanya rangsangan simpatis, sedangkan miosis menunjukkan keadaan pupil yang mengecil. Pupil yang berwarna putih menunjukkan kemungkinan adanya penyakit katarak. Pemeriksaan jernih atau keruhnya lensa untuk memeriksa adanya kemungkinan katarak, sebab lensa yang keruh dapat menjadi indikasi adanya katarak. Kondisi bola mata yang menonjol di namakan eksoftalmos dan bola mata mengecil dinamakan enoftalmos. Strabismus atau juling merupakan keadaan dimana sumbu visual tidak sejajar pada lapang gerakan bola mata. Selain itu juga terdapat nistagmus yang merupakan gerakan bola mata ritmiuk yang cepat dan horisontal. ·    Pemeriksaan telinga dan pendengaran Pemeriksaaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam. Pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dengan pemeriksaan daun telinga dan liang telinga dengan menentukan bentuk, besar, dan posisinya. Pemeriksaaan liang telinga dapat dilakukan dengan bantuan otoskop. Pemeriksaan selanjutnya adalah membran timpani. Membran timpani yang normal bentuknya sedikit cekung dan mengkilap. Kemudian, dapat dilihat apakah terdapat perforasi atau tidak. Pemeriksaan mastoid bertujuan untuk melihat adanya pembengkakan pada daerah mastoid. Pemeriksaaan pendengaran dilaksanakan dengan bantuan garputala untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan apa tidak. ·    Pemeriksaan hidung dan sinus Pemeriksaan hidung bertujuan untuk menilai adanya kelainan bentuk hidung dan juga menentukan ada atau tidaknya epistaksis. Pemeriksaan yang dapat digunakan adalah pemeriksaan Rhinoskopi anterior dan posterior ·    Pemeriksaan mulut dan kerongkongan. emeriksaaan mulut bertujuan untuk menilai ada atau tidaknya trimus, yaitu kesukaran membuka mulut; halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena kurang dijaga kebersihannya; dan labioskisis yaitu bibir yang tidak simetris. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan pada gusi untuk menilai adanya edema atau tanda-tanda radang. Pemeriksaan lidah juga bertujuan untuk menilai apakah terjadi kelainan kogenital atau tidak. Keadaan yang dapat ditemukan adalah makroglosia, yaitu lidah yang terlalu besar; mikroglasia, yaitu lidah terlalu kecil; atau glosoktosis, yaitu lidak tertarik ke belakang. Kemudian juga dapat diperiksa ada atau tidaknya tremor dengan cara menjulurkan lidah. a. Faring Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya hipermia, edema, absesretrofaringeal, peritonsilar, atau lainnya. Edema faring umunya ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembab dan pada difteri dapat ditentukan dengan adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat (pseudomembran). b. Laring Pemeriksaan laring ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan pernafasan. Apabila ditemukan obstruksi pada laring, maka suara akan mengalami stridor yang disertai batuk dan serak. Pemeriksaan laring dilakukan dengan menggunakan alat laringoskop, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan cara dimasukkan kedalam secara perlahan-lahan sementara lidah tertarik keluar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar